
dr. Muwardi : Saat Dokter turut Berjuang (PALUPI INDRI WATI/XI IIS 1)
Tak dapat dipungkiri Peran tenaga Kesehatan selain Tenaga tekhnis lain saat ini menjadi Penting untuk menghadapi Wabah Pandemi Covid 19. Tak terhitung diantara mereka harus gugur dan merelakan Keluarganya Karena Pandemi Ini. Doa dan Ucapan Terimakasih tentu patut diberikan kepada Mereka.
Jauh sebelum era kemerdekaan Nakes terutama Dokter dokter juga turut berjuang. mereka yang banyak menimba Ilmu di sekolah Kedokteran (STOVIA) banyak memberikan Inspirasi bagi Perjuangan kemerdekaan Indonesia. dr Wahidin Sudirohusodo, Sutomo, dan dr Cipto Mangunkusumo adalah sebagaian dari Dokter dokter tersebut yang mempunyai peran penting bagi pergerakan di indonesia. begitu juga saat Indonesia diawal awal kemerdekaan, dokter dokter muda juga tampil dan berperan aktif. Salah satunya adalah dr. Muwardi. Artikel ini akan mengangkat tokoh tersebut dan peran sertanya bagi Kemerdekaan Indonesia. Artikel ini diambil dari Tulisan Siswa Kelas XI IIS 1 an PALUPI INDRI WATI.
"dr. Muwardi lahir di Pati, Jawa tengah tahun 1907. beliau menempuh pendidikan dokternya di STOVIA dan melanjutkan pendidikannya dengan Spesialis THT. karir Organisasinya dimulai dengan menjadi anggota Aktif Kepanduan(Pramuka Sekarang) .
bahkan jasa nya sangat besar karena menyatukan 3 kepanduan menjadi Kepanduan Bangsa Indonesia. ia Juga dipilih sebagai Ketua Umum Kepanduan tersebut.
dr Muwardi digambarkan sebagai dokter bersahaja dan dekat dengan Rakyat kecil. Ia sering mengobati masyarakat tanpa memungut Upah. dikalangan Masyarakat sendiri dia digelari "dokter gembel" karena pernah digendong oleh seorang gembel yang tidak rela bajunya kotor saat melintasi jalan yang becek dan kotor.
pada saat persiapan Proklamasi dia memerintahkan pemuda untuk menjaga Lapangan Ikada yang rencannanya akan dipakai sebagai tempat Pembacaan teks Proklamasi. saat Proklamasi dia turut serta membacakan sambutan selain Walikota Jakarta Soewiryo.
Suwardi merupakan salah satu tokoh yang menentang Gerakan PKI Madiun. Penentangannya itu kemudian mengantarkan Menghadap Sang Khalik untuk selama lamanya. Muwardi menjadi salah satu Korban penculikan dan Pembuuhan Brutal yang dilakukan oleh Gerakan teroris tersebut. beliau Gugur saat menjalankan tugasnya. Kalimat " Wis yo Jeng" merupakan kalimat terakhir yang dia ucapkan untuk Istrinya.
Muwardi kemudian diberikan Gelar sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional pada tanggal 04 Agustus 1964, berdasarkan surar keputusan Presiden RI no 190 tahun 1964.
Buntut Bali,24 Maret 2022
ditulis oleh Palupi Indri Wati